Pemilik Bubarkan Klub Indonesia, Dompet Menipis atau Kecewa dengan Liga

By Sabtu, 23 April 2016 | 15:48 WIB
Pemain Krama Yudha Tiga Berlian seusai pembubaran klub, 8 Juli 1991. (DOK. BOLA)

 

Herlina juga punya jaringan bisnis internasional dan harus mengucurkan uang untuk puluhan anak tak mampu yang ditanggungnya.

Wanita berjuluk Si Pending Emas itu juga membantu Boy Bolang, promotor tinju, dalam usaha menyelenggarakan pertarungan tinju dunia antara Thomas Americo kontra Soul Mamby.

Namun, terlepas dari itu semua, Herlina sudah tak mau bergelut di Galatama ketika itu yang dinilainya kotor. Caprina sendiri menerima getahnya dari isu suap yang melanda Galatama.

Sun Kie alias Jimmy Sukisman, salah seorang pengurus Caprina, diskors lima tahun oleh PSSI lantaran dianggap mencoba menyuap dua pemain Makassar Utama.

Sementara itu, Agustinus Wenas, pengusaha bioskop yang menjadi pemilik Niac Mitra, membubarkan klubnya lantaran kecewa dengan pembagian wilayah dan sudah lelah di sepak bola.

BOLA edisi Oktober 1990 memuat bahwa pembubaran Niac Mitra masih menjadi misteri.

Niac Mitra kemudian beralih kepemilikan ke tangan Dahlan Iskan menjadi Mitra Surabaya.

Kekecewaan juga muncul dari Sjarnoebi Said pendiri perusahaan otomotif Krama Yudha Group yang menjadi pemilik Krama Yudha Tiga Berlian (KTB). Pada 8 Juli 1991, ia resmi membubarkan klubnya.

Dalam BOLA edisi Juli 1991, pembubaran itu terkesan akibat ulah oknum pengurus PSSI.

Hal tersebut tertera dalam surat keputusan KTB bernomor 656 yang ditandatangani oleh Sjarnoebi Said sebagai pemilik dan Rasyid yang menjabat ketua umum.

Kisah yang berhubungan dengan penjudi dan penyuap harus dihadapi Benny Mulyono, pemilik Warna Agung. Karena hal itu, pengusaha cat tersebut membubarkan klubnya.