Alangkah berbedanya Leicester City musim lalu dan musim ini. Musim lalu, The Foxes bak hidup di negeri dongeng, menjalani kisah fantasi, di mana mereka sukses menjadi juara Premier League untuk pertama kalinya dalam sejarah klub itu. Musim ini? Leicester seperti diempaskan kembali ke bumi.
Penulis: Dian Savitri
Claudio Ranieri, Manajer Leicester, harus mengingatkan para pemain dan suporter untuk sadar mereka tidak lagi hidup di negeri dongeng. Leicester kini harus berjuang habis-habisan supaya tidak degradasi.
Menjelang bergulirnya musim ini, Ranieri mematok target bahwa Leicester harus sudah berada di posisi 10 besar seusai pertengahan musim.
Tampaknya, target itu harus meleset. Atau, agar lebih optimistis, Leicester butuh waktu lebih lama untuk melakukannya. Saat ini, Jamie Vardy dkk ada di urutan ke-15, hanya enam poin di atas zona degradasi.
Menjelang kedatangan Chelsea, yang merupakan penghuni tangga teratas Premier League, pada 14 Januari di Stadion King Power, Leicester harus sangat waspada.
“Tidak ada lagi kisah dongeng buat kami. Yang ada, kami harus menghindari degradasi. Sebaliknya, Manajer Antonio Conte sedang berusaha menjadi juara liga dan saya sangat berharap ia bisa melakukannya,” kata Ranieri kepada Rai Sport.
“Kami harus bisa selamat, kebalikan dari Chelsea saat ini. Proyek utama kami adalah mencoba dengan sangat perlahan untuk mencapai target. Kejadian musim lalu, di mana kami benar-benar bagus, harus dilupakan,” lanjut manajer asal Italia yang baru saja terpilih sebagai Pelatih Terbaik Dunia 2016 versi FIFA.
Susahnya, Leicester bakal kehilangan dua pemain penting. Pemain sayap Riyad Mahrez, gelandang Daniel Amartey, dan striker Islam Slimani harus tampil di Piala Afrika.
Setidaknya, ketiganya bakal absen dalam empat pertandingan. Untung bagi Ranieri, Vardy sudah kembali bisa bermain, kelar menjalani skorsing.
Di musim ini, Leicester dan Chelsea sudah bertemu dua kali dan pada dua laga itu, Leicester kalah.
Yang pertama adalah pertemuan di Piala Liga babak III (20/9/2017), di mana Chelsea menang 4-2 melalui perpanjangan waktu. Laga kedua adalah di Premier League pekan ke-8 (15/10/2017), di mana Chelsea menang telak 3-0.
Kalau Conte dan Chelsea menunjukkan optimisme yang lebih besar ketimbang tuan rumah memang pantas. Sebab, Chelsea bisa memilih pemain mana pun untuk diturunkan.
Baca Juga:
Semua pemain dalam kondisi tidak cedera dan tidak ada yang harus absen karena membela negara di Piala Afrika.
Ambisi Conte adalah ingin kembali ke winning ways, setelah laga 13 kali Premier League tanpa kalah harus terhenti pada 4 Januari lalu, kalah 0-2 dari Tottenham.
Chelsea kemudian menang 4-1 atas Peterborough United di ajang Piala FA (8/1/2017) dan Conte memakai hasil itu sebagai momentum.
Kalau musim lalu Chelsea sampai harus kehilangan manajer (Jose Mourinho) kelar kalah dari Leicester di Premier League (14/12/16), musim ini The Blues dan Conte mengincar hat-trick kemenangan atas Leicester City.
[video]https://video.kompas.com/e/5272442211001[/video]