Pelatih Timnas, Jangan Sampai Mengganggu Kebangkitan

By Rabu, 18 Januari 2017 | 21:04 WIB
Pemain Indonesia menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya menjelang dimulainya laga final Piala AFF 2016 melawan Thailand di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, pada 14 Desember 2016. (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA)

“Mulai dari nol lagi ya.” Demikian kalimat terkenal dari iklan yang diluncurkan Pertamina menjelang Idul Fitri beberapa tahun silam. Mungkinkah kondisi ini yang akan terjadi pada timnas Indonesia?

Penulis: Budi Kresnadi/Ovan Setiawan/Suci Rahayu/ Gonang Susatyo/Andrew Sihombing

Optimisme pencinta sepak bola nasional kembali bangkit selepas Piala AFF 2016. Tak cuma melaju ke final, sejumlah anak muda di skuat asuhan Alfred Riedl memperlihatkan kesiapan menjadi andalan Tim Merah Putih di masa depan.

Namun, Riedl akhirnya tak “diberi izin” meneruskan kinerja apiknya. PSSI berniat menunjuk pelatih asing baru guna menukangi timnas senior sekaligus sebagai komandan Indonesia U-22.

Sejauh ini, kandidat penghuni posisi tersebut ialah Luis Fernandez dan Luis Milla dengan nama terakhir sebagai calon paling kuat.

Munculnya kedua nama ini memang sempat membuat heboh. Fernandez maupun Milla punya nama besar di dunia bal-balan, baik sebagai pemain maupun pelatih.

Fernandez merupakan pilar timnas Prancis bersama Michel Platini, Alain Giresse, dan Jean Tigana kala memenangi Piala Eropa 1984. Ia juga terpilih sebagai Pesepak Bola Terbaik Prancis 1985.

Sebagai pelatih, Fernandez mempersembahkan sejumlah gelar bagi PSG dan membawa Bilbao finis di peringkat kedua La Liga 1997/98 sebagai tim dengan jumlah kekalahan paling sedikit.

Karier Milla lebih mentereng dengan raihan gelar juara bersama Barcelona, Real Madrid, serta Valencia. Kala ganti haluan sebagai pelatih, Milla membawa timnas U-21 Spanyol menjadi yang terbaik di Eropa pada 2011.

“Dari profil pelatih yang punya nama besar dan pengalaman di Eropa, saya rasa ada harapan yang sangat besar untuk timnas. Bukan hanya menjadi bagus, tapi juga berprestasi,” kata bek senior Ricardo Salampessy.