Pemain Asing di Liga Indonesia, Gerbong Pertama Tak Sesuai Harapan

By Kamis, 23 Maret 2017 | 09:02 WIB
Roger Milla, saat memperkuat Pelita Jaya pada musim kompetisi Ligina 1994-1995. (STEFAN SIHOMBING/DOK.BOLA)

Reformasi kompetisi sepak bola nasional yang ditandai dengan peleburan Perserikatan dan Galatama menjadi Liga Indonesia (Ligina) seolah membuka gerbang masuk bagi pemain asing dari berbagai belahan dunia.

Penulis: Indra Citra Sena

Klub-klub jebolan Galatama yang didukung kekuatan finansial seperti Gelora Dewata, Pelita Jaya, Semen Padang, Petrokimia Gresik, Pupuk Kaltim, dan Mitra Surabaya merekrut sejumlah ekspatriat agar dapat bersaing memperebutkan gelar juara Ligina.

Negara asalnya pun beragam, mulai dari dataran Eropa (Rumania, Bulgaria, Montenegro), Afrika (Angola, RD Kongo, Kamerun), hingga Amerika Selatan (Brasil, Trinidad-Tobago).

Hal ini membawa impak positif terhadap animo penonton yang tertarik meyaksikan pemain asing beraksi di atas lapangan.

Namun, sebagian besar dari pemain asing gagal memenuhi ekspektasi klub sehingga mesti terdepak dan digantikan oleh muka baru di paruh kompetisi.

Baca Juga:

Ambil contoh Petrokimia Putra. Tim yang berdomisili di Gresik ini mendepak dua pemain berkebangsaan Angola, Fernando Miquel dan Botonga Efekele lantaran tidak berkontribusi maksimal.

Petro lalu mendatangkan duet Brasil, Carlos De Mello, dan Jacksen F. Tiago.

Keputusan Petrokimia terbukti tepat mengingat Carlos dan Jacksen berandil mengangkat prestasi tim hingga menembus final kendati akhirnya harus mengubur mimpi juara Ligina I akibat kalah dari Persib Bandung di partai final.

Satu catatan penting, Petrokimia dikalahkan Persib yang bermaterikan 100 persen pemain lokal.