Evaluasi Kekalahan Ganda Putri pada Babak Kedua Malaysia Terbuka

By Delia Mustikasari - Kamis, 6 April 2017 | 15:48 WIB
Pasangan ganda putri Indonesia, Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani, mengembalikan kok dari Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (Jepang) pada babak kedua Malaysia Terbuka yang berlangsung di Stadion Perpaduan, Kuching, Kamis (6/4/2017). (BADMINTON INDONESIA)

Dua wakil ganda putri Indonesia, pasangan Della Destiara Haris/Rosyita Eka Putri Sari dan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani, gagal menembus babak perempat final Malaysia Terbuka 2017 setelah kalah dari lawan masing-masing, Kamis (6/4/2017).

Hasil undian ganda putri membuat kedua wakil Indonesia harus bertemu para pemain unggulan pada babak awal.

Della/Rosyita sudah harus bertemu unggulan kedua yang juga peraih medali perak Olimpiade 2016, Kamilla Rytter Juhl/Christinna Pedersen (Denmark)

Dalam laga yang berlangsung di Stadium Perpaduan, Kuching, Sarawak, Della/Rosyita dikalahkan dua gim langsung dengan skor 17-21, 13-21.

Selang satu pertandingan kemudian di lapangan yang sama, giliran Anggia/Ketut yang dihadang unggulan pertama dari Jepang, Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi.

Meskipun kalah, Anggia/Ketut tampil cukup baik dan beberapa kali punya peluang untuk memenangkan pertandingan, namun lawan yang merupakan peraih medali emas di Olimpiade Rio 2016 ini masih terlalu tangguh untuk mereka.

"Secara keseluruhan, penampilan Della/Rosyita tidak seperti biasanya. Mereka banyak error, pasif dan kurang inisiatif. Ada faktor X yang membuat Della/Rosyita tidak maksimal. Hal ini akan jadi evaluasi buat Della/Rosyita, kalau lagi tidak enak situasinya harus bagaimana cari jalan keluarnya?" kata Eng Hian, pelatih kepala ganda putri nasional.

Sementara itu, Eng Hian mengapresiasi penampilan Anggia/Ketut yang mampu memberi perlawanan kepada pasangan peringkat nomor satu dunia ini.

"Anggia/Ketut cukup bagus bisa memberikan perlawanan kepada pasangan rangking satu dunia. Tetapi, tetap perlu evaluasi, walaupun sudah memimpin, kenapa kok bisa stuck di poin itu? Apakah karena faktor konsentrasi atau hal lainnya," tutur Eng Hian.