Inilah Kisah Sedih Mantan Raja Sepak Bola Indonesia

By Rabu, 19 April 2017 | 23:03 WIB
Bek Mat Halil (kiri) dan sejumlah pemain Persebaya dalam sesi latihan di Stadion Brawijaya, Surabaya, Jumat (17/3/2017) pagi. (TB KUMARA/JUARA.NET)

Liga 2 musim 2017 bak buku sejarah sepak bola Indonesia. Sejumlah klub yang berkompetisi di kasta kedua ini sebelumnya telah mengguratkan tulisan emas di perjalanan balbalan nasional.

Penulis: Andrew Sihombing/Suci Rahayu/Gonang Susatyo/Abdi Panjaitan

Tahukah Anda bahwa empat dari tujuh klub pendiri PSSI berkompetisi di Liga 2 musim 2017?

Mereka adalah PSIM Yogyakarta (dulu bernama Perserikatan Sepakraga Mataram), Persis Solo (Vortenlandsche Voetbal Bond Solo/VVB), PPSM Magelang (Indonesische Voetbal Bond Magelang/IVBM), dan Persebaya Surabaya (Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond/SIVB).

Jumlah ini bahkan menjadi lima bila menghitung keberadaan Madiun Putra FC, yang merupakan pecahan PSM Madiun (Madioensche Voetbal Bond/MVB).

Baca juga:

Jangan lupa pula keberadaan nama klasik lain seperti PSIS Semarang, yang berdiri pada 23 Mei 1928 dengan nama Tots Ons Doel dan menjadi Voetbalbond Indonesia Semarang pada 1930.

Begitu pula Yapara Voetbal Club (YVC), yang merupakan cikal-bakal Persijap Jepara, hingga PSMS Medan. Beberapa di antara mereka dulunya merupakan raja sepak bola nasional.

Tak cuma di era perserikatan, juga di kasta teratas Divisi Utama hingga medio 2000-an.

Hanya, justru di sini letak ironi besar. Hampir semua tak punya ambisi yang sama besarnya dengan status mereka sebagai mantan raja.

Tak percaya? Silakan ukur sendiri ambisi Persik, tim asal Kediri yang menjadi juara Divisi Utama pada 2003 dan 2006.

Tim ini memang punya mimpi mengembalikan nama besarnya, tetapi entah kapan bisa terwujud.

"Manajemen, pengurus, Persikmania, serta seluruh masyarakat Kota Kediri dan sekitarnya sangat ingin Persik kembali berjaya seperti dulu. Saya juga setuju bahwa Liga 2 bukanlah tempat ideal untuk Persik, tetapi kami juga harus realistis dengan kondisi yang ada," kata Anang Kurniawan, Manajer Persik.

"Semua perlu proses dan dilakukan bertahap," ucap Anang lagi.

PSIS setali tiga uang. Laskar Mahesa Jenar memilih berhati-hati dan hanya mengincar tiket lolos dari fase grup.

Begitu pula dengan PSIM, yang bahkan belum berpikir untuk promosi, apalagi juara. Mereka sadar diri mengandalkan pemain muda di Liga 2.

Yang tak kalah mengenaskan ialah PSMS Medan. Rapor buruk di sejumlah partai uji coba saat tak pernah menang atau mencetak gol melawan tim Liga 1 menjadi alasan keraguan.

Tim Ayam Kinantan memang menang telak 11-0 di uji coba terakhir melawan Deli Serdang United, namun juga pernah kalah 0-1 dari PS AD Bukit Barisan.

Walau begitu, manajemen optimistis Legimin Rahardjo cs bisa naik kasta. Demi merangsang semangat pemain, bonus pun disiapkan.

"Gaji juga telah dibayar sesuai negosiasi. Bonus pasti dipikirkan. Intinya, tidak ada masalah finansial bagi PSMS di Liga 2. Pemain tinggal fokus memenangi pertandingan," ucap Kisharianto, salah satu pengurus PSMS.

Kondisi lebih baik ada di Persebaya dan Persis. Dengan dukungan modal kuat dari investor anyar, Bajul Ijo menatap tiket promosi ke kasta elite.

Begitu pun dengan Persis yang punya dukungan dana besar mengarungi Liga 2.

Gelar Kasta Teratas Milik Tim Liga 2 (Termasuk Perserikatan):

PSIM Yogyakarta: Juara Perserikatan 1932

Persis Solo: Juara Perserikatan 1935, 1936, 1939, 1940, 1941, 1942, 1943

Persiraja Banda Aceh: Juara Perserikatan 1980

PSMS Medan: Juara Perserikatan 1967, 1971, 1975, 1983, 1985

Persik Kediri: Juara Divisi Utama 2003, 2006

PSIS Semarang: Juara Divisi Utama 1998-1999

Persebaya Surabaya: Juara Perserikatan 1941, 1951, 1952, 1978, 1988, Juara Divisi Utama 1996-1997, 2004