Wawancara Ciro Ferrara: Juventus, Rahasia Italia, sampai Liga 1 Indonesia

By Beri Bagja - Senin, 8 Mei 2017 | 07:02 WIB
Legenda Juventus dan mantan bek timnas Italia, Ciro Ferrara, berpose dengan trofi Liga Europa setelah undian babak perempat final ajang ini di markas UEFA di Nyon, Swiss, 21 Maret 2014. (FABRICE COFFRINI / AFP)

Mana yang lebih sulit, menjadi pemain atau pelatih?

Pelatih! Kenapa? Kami bukan cuma bertanggung jawab terhadap pemain, tetapi juga pada klub, suporter, dan media.

Menjadi pelatih dan pemain adalah hal yang berbeda. Dunianya juga berbeda. Pesepak bola bisa saja memenangi banyak gelar ketika masih aktif sebagai pemain.

Akan tetapi, untuk mencapai level prestasi yang sama ketika Anda berganti peran menjadi pelatih bakal sangat sulit.

Hal normal jika seorang pelatih tak mendapatkan trofi sebanyak jumlah gelar mereka saat masih bermain.

 

Anda pernah ditempa pelatih top seperti Fabio Capello, Marcello Lippi, dan Carlo Ancelotti. Bagaimana pengalaman bersama mereka? Apa yang beda di antara ketiganya?

Saya tidak tampil banyak ketika Juventus dilatih Capello. Semuanya pelatih yang bagus dan punya karakter khusus masing-masing.

Capello adalah orang yang kuat dan tegas, tentu bukan dalam hal yang buruk. Ancelotti sangat detail mengenai taktik dan target tim.

Lippi sangat hebat dalam menyatukan unsur-unsur pemain di grup. Dia adalah referensi terbaik jika ukurannya adalah jumlah gelar yang kami peroleh.

Di Juventus, saya meraih banyak trofi bersama Lippi, termasuk Liga Champions 1995-1996. Dia manajer dengan skill yang hebat dan ahli dalam melakukan perubahan di pertandingan.