Pertandingan Indonesia Open Tak Terganggu meski JCC Belum Siap 100 Persen

By Delia Mustikasari - Senin, 12 Juni 2017 | 16:59 WIB
Para pekerja sedang menyelesaikan pembuatan gapura untuk Indonesia Open di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (12/6/2017). (DEBY DAHLIA/JUARA.NET)

Turnamen bulu tangkis BCA Indonesia Open Superseries Premier 2017 sudah digelar di Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Senin (12/6/2017).

Namun, ada beberapa pekerjaan yang perlu diselesaikan panitia. Berdasarkan pantauan JUARA, beberapa pekerja masih sibuk menyelesaikan gapura pintu masuk JCC.

Sebagian pekerja juga ada yang sedang menyelesaikan pembuatan stan-stan pendukung di sekitar arena pertandingan. Baru lapangan pertandingan yang siap 100 persen dan sudah digunakan para atlet untuk bertanding pada babak kualifikasi.

"Venue untuk Indonesia Open baru secara resmi diserahkan kepada kami pukul 05.00 pagi tadi. Hal ini di luar ekspektasi kami," kata Ketua Panitia Pelaksana Turnamen, Achmad Budiharto kepada JUARA.



Para pekerja sedang menyelesaikan pembuatan stan untuk Indonesia Open di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (12/6/2017).(DEBY DAHLIA/JUARA.NET)

Menurut Budiharto, keterlambatan tersebut terjadi karena sehari sebelum Indonesia Open digelar, JCC masih digunakan pihak lain untuk menggelar kegiatan.

"Meski begitu, kondisi tersebut tidak mengganggu pelaksanaan pertandingan. Semua masih bisa dikendalikan karena hari ini masih babak kualifikasi. Saya pastikan hari ini semua proses di luar lapangan bisa selesai," ucap Budiharto

Rencananya akan ada 48 stan di sekitar JCC. Perinciannya, 26 stan ada di dalam area JCC, 12 stan di lantai dua, dan 10 stan di luar area seperti stan sponsor dan games.


Para pekerja sedang menyelesaikan pembuatan stan untuk Indonesia Open di Jakarta Convention Center, Senayan, Senin (12/6/2017).(DEBY DAHLIA/JUARA.NET)

"Meski beberapa area belum siap, sisi positifnya, animo penonton yang ingin menyaksikan babak kualifikasi tetap tinggi. Ini merupakan awal yang baik," ujar Budiharto.