Revolusi China di Milan, Jembatan Kedua Menuju Sukses

By Jumat, 23 Juni 2017 | 12:07 WIB
Pelatih AC Milan, Vincenzo Montella, diapit oleh Direktur Olahraga, Massimiliano Mirabelli (kiri), dan CEO, Marco Fassone, sebelum dimulainya laga Serie A kontra Atalanta di Stadion Atleti Azzurri d'Italia, Bergamo, Italia, pada 13 Mei 2017. (EMILIO ANDREOLI/GETTY IMAGES)

Milan bak dihantamkan keras ke kanvas oleh Fiorentina pada 13 Januari 2001. Kejadian menyakitkan itu merupakan salah satu pemicu perubahan besar di tubuh I Rossoneri. 

Penulis: Sem Bagaskara

Skuat Merah-Hitam kalah KO dari Fiorentina. Mereka membawa pulang kekalahan telak 0-4 dari Artemio Franchi.

"Milan empat kali mencium lantai," demikian judul salah satu artikel yang dimuat media olahraga ternama Italia, La Gazzetta dello Sport.

Mimpi buruk Milan di Artemio Franchi adalah pria bernama Manuel Rui Costa. Ia mencetak satu gol dan mengarsiteki tiga gol lain La Viola. Pemilik Milan kala itu, Silvio Berlusconi, jelas merasa geram. Tapi, ia juga terhibur oleh permainan memikat Fiorentina.

Berselang enam bulan kemudian, Berlusconi "membajak" otak sepak bola cantik La Viola, yakni Rui Costa dan sang pelatih, Fatih Terim.

 

"Akan sangat menyenangkan bermain dengan Andriy Shevchenko di Milan. Saya bangga telah memilih klub ini," ujar Rui Costa dalam sesi perkenalannya sebagai pemain Milan pada 3 Juli 2001.

Dalam tempo hanya dua hari, Milan sukses merealisasikan dua megatransfer.

Sehari sebelum mendaratkan Rui Costa dari Firenze dengan banderol 42 juta euro, I Rossoneri sudah mengamankan jasa Filippo Inzaghi.

Inzaghi dipinang dari Juventus dengan mahar 37 juta euro.