Rasa Cinta Terhadap Tenis Iringi Rafael Nadal Raih Gelar AS Terbuka 2017

By Diya Farida Purnawangsuni - Senin, 11 September 2017 | 15:51 WIB
Petenis putra Spanyol, Rafael Nadal, berpose dengan trofi AS Terbuka 2017 yang diraihnya setelah mengalahkan Kevin Anderson (Afrika Selatan) 6-3, 6-3, 6-4 pada babak final di Arthur Ashe Stadium, Flushing Meadows, New York, Amerika Serikat, Minggu (10/9/2017) malam waktu setempat. (MATTHEW STOCKMAN/AFP PHOTO)

Petenis Spanyol, Rafael Nadal, tampil sebagai juara tunggal putra pada turnamen AS Terbuka 2017 yang berlangsung di USTA Billie Jean King National Tennis Center, New York, Amerika Serikat (AS), 28 Agustus-10 September.

Nadal sukses merengkuh titel kampiun setelah mengalahkan teman masa kecilnya, Kevin Anderson (Afrika Selatan), dengan skor 6-3, 6-3, 6-4 pada babak final, Minggu (10/9/2017) malam waktu setempat atau Senin pagi WIB.

Bagi Nadal, kemenangan tersebut menambah jumlah trofi AS Terbuka miliknya menjadi tiga buah. Sebelumnya, petenis kidal ini sudah menjuarai AS Terbuka pada 2010 dan 2013.

Tak cuma itu, gelar AS Terbuka 2017 juga memastikan Nadal kembali bisa meraih dua titel Grand Slam dalam satu kalender kompetisi sejak 2013.

Tahun ini, Nadal memenangi dua turnamen Grand Slam yakni Prancis Terbuka (Roland Garros) dan AS Terbuka.

Dalam wawancara yang dilansir dari BBC, Nadal menuturkan bahwa keberhasilan meraih dua gelar Grand Slam pada tahun ini tidak lepas dari rasa cinta yang dimilikinya terhadap olahraga tenis.

Menurut petenis 31 tahun ini, hal itulah yang membuatnya tetap berada di jalur juara meskipun dari segi usia sudah tidak lagi muda.

"Saya bangun tidur setiap pagi dengan hasrat pergi ke lapangan dan meningkatkan kemampuan. Saya 31 tahun, bukan 25 tahun, tetapi saya masih punya hasrat dan rasa cinta terhadap olahraga ini," tutur Nadal.

"Saya masih ingin berkompetisi dan merasa gugup setiap kali masuk ke lapangan. Jika semua itu masih terjadi, saya akan tetap ada," ucap dia.

"Jika suatu hari nanti saya tidak merasa gugup atau tidak punya hasrat seperti sekarang, maka hari itu akan menjadi hari di mana saya akan berkata, 'Oke, saya akan melakukan hal lain'," kata Nadal lagi.

 

Hanya kalah dari Roger Federer

Secara keseluruhan, jumlah gelar Grand Slam yang dimiliki Nadal cuma kalah dari rival abadinya, Roger Federer.

Jika Nadal saat ini sudah mengantongi 16 titel, tambahan dua gelar dari Australia Terbuka 2017 dan Wimbledon 2017 mengubah jumlah trofi Grand Slam milik Federer menjadi 19.

Menilik usia yang terpaut lima tahun antara Nadal dan Federer, bisa dibilang Nadal punya kans besar untuk melewati rekor milik kompetitornya itu.

Namun, Nadal mengaku enggan memikirkan hal tersebut.

"Saya tidak pernah betul-betul memikirkan hal itu. Saya cuma menjalani karier saya, demikian juga dia (Federer). Kita lihat nanti saat kami berhenti," ucap Nadal.

"Saya sangat senang dengan segala yang terjadi pada diri saya, untuk bisa memenangi titel ini (AS Terbuka) lagi. Saya memiliki trofi ini," kata Nadal lagi.

 

Grand Slam terakhir dengan Toni Nadal

Perjalanan karier Nadal sebagai petenis elite dunia tentu tidak bisa dipisahkan dengan sosok pelatih sekaligus pamannya, Toni Nadal.

Toni adalah orang yang bertanggung jawab atas keputusan Nadal memilih jalan hidup sebagai petenis.

Sejak pertama kali memegang raket tenis pada usia 3 tahun, Nadal bertransformasi menjadi salah satu petenis terbaik di dunia sepanjang masa.

Dia bahkan dijuluki "King of Clay" alias Raja Tanah Liat saking hebatnya menguasai lapangan tanah liat.

Kini, setelah 16 gelar Grand Slam diraih, Nadal harus mengucapkan selamat tinggal kepada Toni.


Petenis Spanyol, Rafael Nadal (kiri), berbicara dengan pelatihnya, Toni Nadal, pada sesi latihan, Minggu (17/1/205), jelang Australia Terbuka di Melbourne Park yang akan berlangsung 18-31 Januari.(MICHAEL DODGE/GETTY IMAGES)

Tongkat kepelatihan yang semula dipegang Toni akan diserahkan kepada Carlos Moya, mantan petenis nomor satu dunia sekaligus teman dekat Nadal.

Saat ini, Moya sudah terlibat dalam program latihan Nadal. Namun, dia baru akan sepenuhnya memegang kendali atas Nadal pada tahun depan.

Sementara itu, Toni akan melanjutkan perjalanannya sebagai seorang pelatih dengan mengurus Rafael Nadal Academy di Mallorca, Spanyol.

"Dia (Toni) akan berhenti dan mulai memberi atensi lebih kepada akademi. Ini akan menjadi hal yang luar biasa bagi akademi dan juga anak-anak," ucap Nadal.

"Namun, bukan berarti Toni tidak akan melakukan perjalanan sama sekali. Saya percaya hal ini adalah pernyataan bodoh. Yang jelas, dia tidak akan ada dalam catatan harian latihan dan perjalanan saya," kata Nadal lagi.


Petenis Spanyol, Rafael Nadal, melakukan selebrasi dengan menggigit trofi juara Monte Carlo Masters. Nadal menjadi kampiun setelah mengalahkan rekan senegara, Albert Ramos-Vinolas, 6-1, 6-3, di Monte Carlo Country Club, Monte Carlo, Monako, Minggu (23/4/2017).(VALERY HACHE/AFP PHOTO)

Sepanjang 2017, Nadal telah menjuarai lima turnamen yakni Monte Carlo Masters, Barcelona Terbuka, Madrid Masters, Roland Garros, dan AS Terbuka.

Jumlah trofi inilah yang mendorong Nadal kembali menempati posisi nomor satu dunia.