Dua Orang Wanita Diusir dari Arena Sumo Karena Membantu Orang

By Imadudin Adam - Jumat, 6 April 2018 | 11:43 WIB
Salah satu pesumo dengan istri yang cantik. (GRID.ID)

Pengusiran dua wanita yang tengah melakukan penyelamatan darurat terjadi di arena sumo

Terkait peristiwa ini panitia pelaksana meminta maaf.

Setidaknya dua orang wanita naik ke arena sumo di Maizuru di luar kota Kyoto, untuk membantu walikota setempat yang tiba-tiba terjatuh saat berpidato.

Namun saat kedua wanita tersebut tengah membantu sang walikota, pembawa acara meminta keduanya untuk segera meninggalkan arena.

Hal ini diungkap oleh  petugas pemerintah kota, Noriko Miowa. Selama ini memang ada kepercayaan bahwa arena sumo  atau dikenal dengan sebutan sumo dohyo, merupakan tempat sakral menurut kepercayaan agama asli Jepang, Shinto.

Mereka percaya bahwa kaum perempuan adalah sesuatu yang kotor dan tak diijinkan menginjak arena tersebut.

Menurut saksi mata, setelah kedua wanita tersebut turun, petugas sumo langusng membersihkan arena dengan menaburkan sejumlah besar garam.

Menurut mereka tindakan tersebut dilakukan untk menyucikan kembali arena.

Dalam pernyataan tertulis, pihak asosiasi sumo melalui ketuanya, Hakkaku menyebut pelarangan tersebut  tidak pantas mengingat situasi yang terjadi.

"Pengumuman tersebut dilakukan oleh wasit yang merasa kecewa. Namun situasi saat iotu memang melibatkan keselamatan nyawa seseorang. Kami meminta maaf dengan tulus," ungkap Hakkaku seperti dikutip Bolasport.com dari Kompas.com.

(Baca Juga: BREAKING NEWS - Conor McGregor Mengamuk, Presiden UFC Siapkan Tuntutan Berat)

"Kami mendoakan keselamatan walikota, dan memberi penghargaan kepada para wanita yang telah melakukan tindak penyelamatan di tempat," lanjutnya. 

Walikota yang menjadi korban dapat diselamatkan ke rumah sakit.

Ini bukan pertamakali masalah gender menjadi isu di arena sumo.

Pada 1990, kepala sekretaris kabinet, Mayumi Moriyama ditolak saat menyatakan keinginannya untuk naik ke dalam arena pada ajang Piala Perdana Menteri.

Pada 2000, walikota  Osaka, Fusae Ota  juga ditolak saat ingin menghadiri turnamen sumo yang dilangsungkan di kotanya.

Olahraga sumo memamg menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah lahirnya agama Shinto di Jepang pada 2000 tahun lalu. Pada perkembangannya sebagai olahraga, sumo sudah menjadi tradisi di Jepang.

Duapuluh lima tahun terakhir,  para atlet sumo di Jepang juga melibatkan para atlet yang berasal dari luar Jepang seperti dari Hawaii dan Mongolia, bahkan negara-negara Eropa Timur.