Kisah Bonek dan Masa Sulitnya Ketika Menjalani Hari-hari yang Penuh Kekerasan

By Intisari Online - Senin, 11 Juni 2018 | 19:52 WIB
Koreografi Bonek di Stadion Gelora Bung Tomo saat laga Persebaya Vs Arema FC pada Minggu (6/5/2018) sore WIB ( TB KUMARA/BOLASPORT.COM )

"Andie memiliki bingkai kecil, dan tatapan baja, dia tidak mudah menderita ketika melihat lintasan Klub dalam jangka panjang." ungkap Andy Fuller

"Memenangkan dan kehilangan adalah hal-hal penting baginya dan tidak diragukan lagi, tetapi  kelangsungan hidup Klub dan etika kelompok pendukungnya, Bonek, jauh lebih penting." tambahnya.

"Peci menolak pengakuan formal, gelar atau kepemimpinan, menegaskan etos egaliter dari kedua kota dan Bonek sendiri. Namun, Peci, adalah Bonek yang paling mudah diidentifikasi dengan perlawanan terhadap PSSI dan korupsi liga nasional." tulis Andy Fuller.

Istilah 'Bonek' berasal dari 'bondo nekat'yang artinya 'bermodal nekat', yang secara kasar bisa diterjemahkan 'tidak memiliki apa-apa selain nyali'. 

Bonek, di masa lalu, diketahui telah melakukan perjalanan jauh untuk memberikan dukungan tim, bahkan dilakukan tanpa uang untuk makan, akomodasi atau membawa tiket.

Jadi, mereka akan menumpang, menjarah kios-kios jalanan dan masuk ke stadion dengan memanjat pagar. 

Andy Fuller Juga menggatakan "Banyak dari Bonek yang miskin dan menganggur, namun memberi mereka semua memberi dukungan mereka terhadap tim; mereka akan melakukan apa pun untuk menonton tim mereka bermain."

"Dan, mereka adalah kelompok pendukung pertama di Indonesia yang melakukan perjalanan jarak jauh untuk menonton tim mereka." tutupnya.