Anatomi Sepatu Anyar Neymar

By Wisnu Nova Wistowo - Selasa, 30 Juni 2015 | 01:32 WIB
Hypervenom II (Dok. Nike)

Dribble adalah salah satu ciri permainan bintang Brasil dan Barcelona, Neymar. Tak sekedar kuantitas, efektivitas Neymar dalam menggiring bola juga sudah terbukti.

Tengok saja rekaman Liga Champion 2014-15. Dalam turnamen ini, Neymar menjadi pemain kelima dengan jumlah dribble sukses paling banyak di bawah Lionel Messi, Eden Hazard, Yacine Brahimi dan Isco.

Berdasarkan Squawka, Neymar merupakan pemain kelima dengan jumlah dribble sukses paling banyak. Ia melakukan 82 kali percobaan menggiring bola dalam 12 pertandingan bersama La Blaugrana. Total 73 di antaranya membuat lawan terkecoh.

Catatan ini tak lepas dari senjata yang digunakan Neymar, yaitu Hypervenom. Sepatu karya dari Nike ini memang dirancang untuk membantu pemain menggiring bola dalam ruang sempit.

"Kecepatan serta ketangkasan yang dimiliki para pemain bertahan belakangan ini perlu untuk dilawan dan Hypervenom dirancang untuk itu," ucap pengarah desain Nike Football, Denis Dekovic, dua tahun lalu.

Hanya saja, kesuksesan Neymar tak lantas membuat produsen perlengkapan olah raga asal Amerika Serikat ini berhenti berinovasi. Pada 2015, Nike kembali merilis versi lanjutan, yaitu Hypervenom II. Neymar masih menjadi ikon untuk produk dengan warna dominan abu-abu dan oranye ini. 

Menilik bentuk, ada perbedaan mencolok antara Hypervenom II. Nike menyertakan Dynamic Fit Collar (seperti kaos kaki pendek yang menyatu dengan sepatu). 

"Kami bereksperimen pada berbagai macam jenis lidah sepatu, yang pada akhirnya diciptakan Dynamic Fit Collar baru dengan penempatan pada bagian otot tendon untuk meningkatkan kenyamanan dan tanpa gangguan," jelas perancang Nike Football Footwear, Phil Woodman.

Hypervenom II menjadi produk Nike pertama yang menggabungkan lidah Flyknit dengan jaring pada bagian atas, lengkap dengan NikeSkin dan All Conditions Control (ACC). Fitur ini tak lepas dari masukan dari para pemain yang menggunakan seri sebelumnya.

Ada hal menarik dari motif zig-zag. Ini tak lepas dengan citra Hypervenom yang identik dengan pemain lincah seperti Neymar. Diharapkan, pemain bisa memanfaatkan ruang sempit dan memamerkan pergerakan zig-zag dengan seri terbaru ini.

Tengok saja rekaman Liga Champions 2014-15. Dalam turnamen ini, Neymar menjadi pemain kelima dengan jumlah dribble sukses paling banyak di bawah Lionel Messi, Eden Hazard, Yacine Brahimi dan Isco.
Berdasarkan Squawka, Neymar merupakan pemain kelima dengan jumlah dribble sukses paling banyak. Ia melakukan 82 kali percobaan menggiring bola dalam 12 pertandingan bersama La Blaugrana. Total 73 di antaranya membuat lawan terkecoh.
Catatan ini tak lepas dari senjata yang digunakan Neymar, yaitu Hypervenom. Sepatu karya dari Nike ini memang dirancang untuk membantu pemain menggiring bola dalam ruang sempit.
"Kecepatan serta ketangkasan yang dimiliki para pemain bertahan belakangan ini perlu untuk dilawan dan Hypervenom dirancang untuk itu," ucap pengarah desain Nike Football, Denis Dekovic, dua tahun lalu.
Hanya saja, kesuksesan Neymar tak lantas membuat produsen perlengkapan olahraga asal Amerika Serikat ini berhenti berinovasi. Pada 2015, Nike kembali merilis versi lanjutan, yaitu Hypervenom II. Neymar masih menjadi ikon untuk produk dengan warna dominan abu-abu dan oranye ini. 
Menilik bentuk, ada perbedaan mencolok antara Hypervenom II. Nike menyertakan Dynamic Fit Collar (seperti kaos kaki pendek yang menyatu dengan sepatu). 
"Kami bereksperimen pada berbagai macam jenis lidah sepatu, yang pada akhirnya diciptakan Dynamic Fit Collar baru dengan penempatan pada bagian otot tendon untuk meningkatkan kenyamanan dan tanpa gangguan," jelas perancang Nike Football Footwear, Phil Woodman.
Hypervenom II menjadi produk Nike pertama yang menggabungkan lidah Flyknit dengan jaring pada bagian atas, lengkap dengan NikeSkin dan All Conditions Control (ACC). Fitur ini tak lepas dari masukan dari para pemain yang menggunakan seri sebelumnya.
Ada hal menarik dari motif zig-zag. Ini tak lepas dengan citra Hypervenom yang identik dengan pemain lincah seperti Neymar. Diharapkan, pemain bisa memanfaatkan ruang sempit dan memamerkan pergerakan zig-zag dengan seri terbaru