Romero Bicara Soal Momen Terberatnya

By Jalu Wisnu Wirajati - Minggu, 30 Agustus 2015 | 22:07 WIB
Sergio Romero (Dok. Manchester United)

Sergio Romero mengaku kepindahannya ke AS Monaco sebagai salah satu momen terberat dalam hidupnya. Namun, lantaran terbiasa bertarung dan punya mentalitas kuat, hal itu tak memengaruhi performa kiper Manchester United itu.

"Sepanjang karier, aku selalu siap untuk bertarung. Situasi seperti itu selalu kualami, terutama menjelang Piala Dunia 2014," kata Romero kepada Sunday Mirror.

"Aku melakukan segalanya agar bisa dalam performa terbaik di Piala Dunia Brasil. Tak ada kemudahan. Aku berlatih keras di Monaco. Namun, pelatih Claudio Ranieri saat itu membuatku kecewa. Hanya, aku menyadari bahwa inilah sepak bola," kata mantan kiper AS Monaco ini.

Di Monaco, Romero memang menjadi pilihan kedua. Ranieri saat itu lebih memilih Danijel Subasic sebagai kiper utama.

"Aku bermain sangat sedikit saat itu. Terima kasih Tuhan karena pelatih Alejandro Sabella dan rekan-rekanku di tim nasional Argentina menyuntikkan rasa percaya diri," tutur Romero.

Pada Piala Dunia 2014, Romero bersama tim nasional Argentina melangkah ke final seusai mengalahkan Belanda yang dilatih manajernya, Louis van Gaal, dan diperkuat Jasper Cilessen, kiper yang diminati Manchester United. Saat itu, Romero memenangi laga via adu penalti dan melangkah ke final.

"Angel Di Maria saat itu menandatangiku. Dia berkata agar aku ingat istri, anak, dan orang-orang yang mencintaiku, serta mengikuti kata hatiku. Ternyata, itu berhasil," ucap mantan kiper Sampdoria ini.

Keberhasilan Romero mengantarkan Argentina ke final itu langsung mengubah nasibnya. Sejak saat itu, Romero mengaku bahwa kian banyak yang meminta tanda tangan dan berfoto bersama.