PSMS Juara karena Bantuan Tentara yang Terseleksi

By Caesar Sardi - Jumat, 25 September 2015 | 16:30 WIB
Selebrasi hormat ala pemain PSMS usai mencetak gol. Pemandangan seperti ini rutin tersaji selama PSMS beraksi di Piala Kemerdekaan. (Abdi Panjaitan)

PSMS Medan menuai prestasi pada tahun ini dengan menjuarai Piala Kemerdekaan. Keberhasilan itu tak lepas dari kontribusi militer di skuat mereka.

Mampu mengikuti karakter tim dan menggaransi loyalitas tinggi ke klub menjadi jaminan pelatih PSMS, Suharto A.D., merekrut delapan pemain PSAD Pusat pada tahun ini.

Kebijakan tersebut bukan semata-mata karena adanya Pangkostrad Letjen TNI Edy Rahmayadi yang mendukung tim berjulukan Ayam Kinantan itu.

Namun, delapan pemain PSAD itu dianggap mampu memainkan spirit yang menjadi andalan PSMS. Delapan pemain itu adalah Asrul Reza, Guntur Triaji, Erwin Ramdani, Suhandi, Riki Istianto, Jaya Hartono, Choirul Hidayat, dan Wanda Syahputra.

Dari segi kemampuan mengolah bola, kedelapan pemain itu memang tak diragukan lagi. Mereka justru bergabung menjadi tentara melalui program bintara bola atau jalur prestasi atlet.

Suharto yang juga berstatus tentara memastikan tak ada unsur KKN dalam perekrutan Guntur Triaji cs.

Perekrutan mereka bukan semata karena berstatus pemain PSAD, tapi juga dari faktor kualitas saat mengikuti seleksi.

“Saya sebagai tentara harus profesional terhadap mereka di lapangan,” ujar Suharto.

Bangga

Berposisi sebagai gelandang bertahan, Asrul Reza semakin bangga ketika menjadi seorang prajurit yang bisa memperkuat tim besar seperti PSMS.

“Kalau mengingat ke belakang waktu masuk tentara, wah sangat luar biasa sekali. Tapi, setelah masuk, akhirnya bisa merumput lagi bahkan memperkuat PSMS. Saya senang dan bangga di sini,” ujar Asrul.

Hal senada disampaikan Erwin Ramdani. Pemain asal Bandung itu justru cocok dengan karakter bermain ala Medan.

“Saya semakin mencintai PSMS, suporternya loyal dan fanatik. Saya semakin nyaman dengan karakter Medan. Saya bersama tujuh pemain lain yang berstatus tentara, semuanya senang memperkuat PSMS,” katanya.

Delapan pemain itu pun tak mempersoalkan senioritas di korps loreng.

“Saya yang paling senior dari tujuh pemain lainnya, tapi untuk urusan sepak bola semuanya sepakat untuk satu kata, yaitu profesional. Kami semua sudah sama-sama mengerti itu. Sekalipun saya harus cadangan, semangat tetap tinggi,” tutur Jaya Hartono, pemain asal Sidoarjo.

Penulis: Abdi Panjaitan/Kukuh Wahyudi