Penerapan Teknologi Berbeda untuk Siarkan Pertandingan di Serui

By Verdi Hendrawan - Rabu, 4 Mei 2016 | 05:45 WIB
Direktur Kompetisi dan Regulasi PT Gelora Trisula Semesta (GTS), Ratu Tisha Destira, usai ambil bagian dalan acara Sportvocative di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, pada Selasa (3/5/2016). (VERDI HENDRAWAN/JUARA.NET)

Akibat letak geografis dan minimnya sarana transportasi menuju Kota Serui, membuat pihak penyiar pertandingan kandang Perseru Serui menjadi terhambat. Namun, pihak menyelengara turnamen Kejuaraan Sepak Bola Torabika, PT Gelora Trisula Semesta (GTS), mengaku telah memiliki solusi.

Kesulitan ini telah membuat pertandingan pekan pertama TSC antara Perseru dan Mitra Kukar di Stadion Marora, Senin (2/5/2016), tidak jadi disiarkan. Hal ini diakui Direktur Kompetisi dan Regulasi GTS, Ratu Tisha Destria, sebagai sebuah tantangan tersendiri.

"Kami terkendala dengan tidak adanya pesawat yang bisa mengangkut peralatan siaran seberat 2,4 ton menuju Serui. Padahal dengan jumlah tersebut, kamera yang kami gunakan hanya enam, bukan delapan seperti standar kami," ucap Ratu saat ditemui di Balai Sidang Universitas Indonesia, Selasa (3/5/2016).

Meski demikian, Ratu menegaskan telah menemukan solusi agar pertandingan di Serui bisa tetap disiarkan. Salah satunya dengan mencoba menerapkan teknologi penyiaran lain yang tidak membutuhkan banyak peralatan.

Salah satunya adalah dengan mengandalkan koneksi internet serta mengubah hasil pengiriman video dari kamera berupa Serial Digital Interface (SDI) menjadi High-Definition Multimedia Interface (HDMI) agar bisa melakukan streaming gambar sebelum disiarkan secara luas.

"Kami akan mencoba menyiarkan dengan hanya menggunakan dua kamera tenteng. Jika koneksi internet di sana memungkinkan, kami akan mencoba mengubah SDI ke HDMI untuk melakukan streaming," kata Ratu.

"Kami juga masih mengusahakan solusi lainnya. Namun, untuk melakukan penyiaran secara broadcast sepertinya tidak bisa karena kendala transportasi.

Pencarian solusi terbaik ini secara maksimal dilakukan oleh GTS juga untuk menjaga pendapatan Perseru dari hak siar televisi. Sekalipun, pengaruh dari kesulitan ini juga akan dirasakan Perseru.

"Tentu saja akan memengaruhi, tetapi semua akan tetap diperhitungkan. Kami tidak bisa semena-mena membedakan antara satu klub dengan lainnya hanya karena tidak bisa melakukan siaran di Serui," tutur Ratu.