RETRO: Anno Perfetto de Milan

By Caesar Sardi - Senin, 6 Juli 2015 | 14:16 WIB
Milan, memang pantas menjadi kampiun dunia.
Kazuhiro Nogi/AFP
Milan, memang pantas menjadi kampiun dunia.

Sejarah panjang membuktikan bahwa Milan bukanlah tim terbaik Italia. Lemari kaca punya Juventus jauh lebih penuh ketimbang milik I Rossoneri, berkat koleksi 27 trofi Serie A, sembilan gelar Coppa, dan empat piala Super Italia.

Namun, jika acuannya prestasi di pentas internasional, tak ada satu pun klub di jagat raya ini yang mampu menandingi pencapaian Milan. Ini lantaran 18 silverware yang sudah dikumpulkan Milan sepanjang keikutsertaan mereka di panggung regional dan interkontinental.

l Diavolo Rosso sudah menyabet tujuh gelar Piala/Liga Champion, sepasang Piala Winner, dan lima Piala Super di Benua Biru. Sementara itu, di ajang antarbenua, Milan telah menggondol tiga gelar Piala Interkontinental (Toyota) serta satu Piala Dunia Klub.

Pesaing terdekat adalah Boca Juniors (Argentina) dengan 17 gelar, disusul Real Madrid (Spanyol) dan Independiente (Argentina) dengan 15 trofi, kemudian Al Ahly (Mesir) dengan 13 piala.

Gelar pamungkas, yang akhirnya menjauhkan Milan dari Boca Juniors, direbut pada arena Piala Dunia Klub yang digelar di Jepang, 7-16 Desember. Terasa lebih spesial karena lawan yang dikalahkan 4-2 di final itu adalah Boca sendiri.

“Kami sudah mendapatkan segalanya yang mungkin direbut sebuah klub,” ungkap Kaka, gelandang Milan, yang sebelum dan sesudah turnamen dinobatkan sebagai pemain terbaik Eropa dan Dunia itu. “Tahun ini benar-benar spesial bagi saya dan tentu Milan.”

ebelum berlaga di ajang yang mempertemukan para kampiun konfederasi masing-masing ini, Milan lebih dulu meraih gelar Liga Champion, serta Piala Super Eropa. Jadi, rasanya cukup pantas jika kita sebut 2007 ini sebagai anno perfetto de Milan alias tahun sempurna Milan.

Melihat apa yang ditunjukkan sewaktu memukul Boca, Kaka cs. memang layak menyandang predikat jawara dunia. Lewat keunggulan kualitas individu maupun kesolidan tim, ditunjang misi guna membalas dendam atas kekalahan di Toyota 2003, Xeneizes pun dibuat mati kutu.

“Saya bersyukur pada Tuhan atas gelar-gelar kami tahun ini yang sebetulnya sangat sulit untuk direbut. Ini tahun yang sangat panjang dan penuh liku. Saya senang karena kami bisa finis dengan hasil terbaik,” kata pelatih Carlo Ancelotti, soal gelar perdana wakil Eropa di ajang ini.

(Penulis: Sapto Haryo Rajasa)


Editor : Caesar Sardi
Sumber : Selasa 25 Desember 2007, BOLA Edisi No. 1.786


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X